Aksi Demonstrasi Besar-Besaran Pegawai ASN di Depan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Menyuarakan Ketidakpuasan Terhadap Sikap Arogan Menteri Satryo dan Pemecatan Sepihak

Aksi Demonstrasi Besar-Besaran Pegawai ASN di Depan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Menyuarakan Ketidakpuasan Terhadap Sikap Arogan Menteri Satryo dan Pemecatan Sepihak
Demi Menteri Dikti Saintek Disebut Arogan-Suka Nampar Bawahan

Jakarta - Bpanbanten.com || Aksi demonstrasi yang mengguncang gedung Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) berlangsung pada Senin pagi, 20 Januari. Puluhan pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) melakukan unjuk rasa di depan kantor kementerian, menuntut keadilan dan penghormatan dari Menteri Dikti Saintek, Satryo Soemantri Brodjonegoro.

Para pegawai yang mayoritas mengenakan kemeja hitam ini membawa dua spanduk besar. Salah satu spanduk berwarna hitam bertuliskan, “Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri,” sedangkan spanduk lainnya menegaskan, "Kami ASN dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan untuk babu keluarga." 

Sebelum menyampaikan orasi, para peserta aksi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya diikuti lagu Maju Tak Gentar. Suasana semakin memanas ketika spanduk hitam besar yang dipasang di depan pagar gedung bertuliskan, “Pak Presiden, selamatkan kami dari Menteri pemarah, suka main tampar dan main pecat.” 

Salah satu sorotan utama aksi ini adalah sikap arogan Menteri Satryo yang dinilai kasar kepada pegawai. Tindakan pemecatan sepihak yang dialami oleh pegawai, terutama Neni Herlina, Pranata Humas Ahli Muda, menjadi titik fokus protes. Neni mengungkapkan bahwa pemecatannya terjadi pada Jumat, 17 Januari 2024, ketika Menteri Satryo mengusirnya dari ruangan secara terang-terangan.

Dalam keterangannya, Neni mengungkapkan bahwa selama 24 tahun menjadi PNS, pengusiran yang dialaminya adalah yang pertama. “Pimpinan tertinggi kami masuk ke ruangan kami dan dihadapan semua orang, beliau mengusir saya keluar dan memerintahkan untuk pindah ke Kemendikdasmen,” ujarnya.

Neni menjelaskan bahwa alasan Menteri Satryo marah adalah karena meja dan kursi di ruangannya belum diganti. Ruangan tersebut sebelumnya digunakan oleh Deputi Diktisaintek yang sebelumnya bergabung dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Saya hanya bertanggungjawab mengenai urusan-urusan rumah tangga kantor, bukan mengenai bidang substantif pendidikan tinggi,” tambahnya. Ia merasa pengusiran yang dialaminya merupakan tindakan yang tidak adil dan melanggar hak asasi manusia.

Dalam orasinya, Neni meminta agar para pimpinan definitif Kementerian Diktisaintek tidak mengulangi perlakuan yang tidak adil terhadap pegawai lainnya. “Sungguh ini sangat di luar perikemanusiaan dan melanggar Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang yang ada,” pungkasnya.

Aksi demonstrasi ini mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam di kalangan pegawai terhadap kepemimpinan Menteri Satryo. Banyak dari mereka berharap agar pemerintah, khususnya Presiden, dapat mendengar dan mengambil tindakan untuk menyelamatkan institusi dari praktik-praktik yang dinilai merugikan dan tidak manusiawi.

Tim Redaksi

0 Komentar